Menjaga Lidah
Orang bijak berkata: “Kalau
pedang lukai tubuh masih bisa harapan sembuh, tetapi kalau lidah lukai hati, ke
mana obat obat hendak dicari”
“Dan
orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna” (QS.Al-Mu’minun:3)
Menjaga lidah adalah salah satu tanda
kebaikan yang sangat penting. Organ
tubuh satu ini bukan hanya berfungsi sebagai indera perasa. Bentuknya
yang elastis membuat fungsinya juga beraneka. Dengan lidah seorang rakyat
jelata pun bisa menjadi masyhur hingga pelosok dunia dan sebab lidah pula orang
yang terhormat bisa
jatuh
sengsara.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda
yang artinya:
“Barang siapa beriman
kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah berbicara yang baik atau diam”. (HR.Muslim)
Lidah ibarat pisau bermata dua. Sisi yang
satu memiliki pengaruh positif dan yang satu lagi berpengaruh negatif. Jika
perkataan yang muncul itu baik maka akan membawa kepada kebaikan.
Namun
jika perkataan
yang mucul buruk
maka ia akan membawa pada kerusakan dan kehancuran.
Berapa banyak masalah yang terjadi disebabkan
lidah. Orang mudah berkata dusta sampai kebenaran berbalik menjadi salah. Seorang
anak berbohong kepada
orang tuanya dapat
dikarenakan
lidahnya. Para ibu rumah tangga meng-ghibah, itu juga karena lidahnya.
Bahkan yang lebih dahsyat pengaruhnya jika para politisi di negeri ini sering
mengumbar janji, itu juga sebuah keteledoran menjaga lidahnya. Wal hasil semua
akan menjadi kacau dan rusak.
Padahal salah satu karakteristik muslim
adalah mampu menghindarkan diri dari bahaya lidah dan tangannya terhadap orang
lain. Islam juga mengajarkan bagaimana bersikap bijak untuk tidak melakukan pekerjaan
yang tidak berguna. Tidak dibenarkan ghibah,
dusta dan namimah.
Sebab ketiga hal ini merupakan penyakit yang sering diderita oleh mereka yang
tidak bisa memelihara lidahnya. Padahal di hari pembalasan nanti semua
anggota tubuh kita akan diminta pertanggungjawaban, termasuk libad kita.
Benar kata orang “mulutmu adalah harimaumu”. Jika
lidah itu tidak dipelihara, dia tak ubahnya bak seekor harimau. Apa
jadinya dalam keluarga jika anak suka berdusta. Dia dengan mudah berkata, “uang
yang ditangannya adalah uang jajan yang diberikan kemarin”. Padahal uang itu diambil
dari kantong celana bapaknya tanpa izin. Jika anak di waktu kecilnya berani mencuri uang bapak
sendiri, bukan
tidak mungkin ketika besarnya dia berani mencuri uang orang lain dan
cenderung berkata
dusta.
Rasul Muhammad SAW bersabda yang Artinya:
“Dua
hal yang menjadikan manusia menjadi penghuni neraka; karena lidah dan karena
mengikuti nafsu bawah perut”
(Al-hadits).
Manusia dihargai, dipercaya bahkan diharapkan
kedatangannya, disayang kepergianya, didengarkan tutur katanya, ataupun
diharapkan nasehatnya, karena mampu menjaga, mengendalikan dan menghemat tutur
katanya. Begitu juga orang yang mengikuti nafsu sahwatnya tanpa terkendali,
maka kepribadiannya akan dihindari orang, kadang dicaci, dibenci, dijahui
bahkan dimusuhi.
Karena itu, kita perlu berhati-hati dalam
memanfaatkan dua fasilitas Sang Pencipta ini. Kita perlu berhati-hatilah dalam
berkata, karena lidah adalah anggota badan yang paling banyak menjerumuskan orang masuk
ke dalam neraka. Naudzu billah min-dzalik.
H. Karmin, S.Ag.
Penyuluh Agama Islam
Fungsional Kota Jogja
Wilayah Kerja Kecamatan
Mergangsan
0 komentar:
Posting Komentar