Empat persiapan menuju Ramadhan
Puasa adalah salah satu bagian dari
rukun Islam yang penting, karena kedudukan puasa menunjukkan kewajiban yang
begitu besar dalam Islam. Karena itu, menyambut puasa di bulan ramadhan 1441
ini, setidaknya ada empat persiapan yang perlu kita lakukan untuk menuju bulan suci
ramadhan, yaitu persiapan ruhiyah, jasadiyah, tsqafiyah dan
maaliyah.
1.
Persiapan
ruhiyah
Persiapan ruhiyah maksudnya adalah, bagaimana
kita mempersiapkan ruh dan diri kita
untuk memasuki bulan yang mulia, bulan yang mempunyai keutamaan yang begitu
besar dan banyak keutamaan yang setiap orang beriman pasti merindukan bulan
tersebut. Bagaimana tidak, di bulan ramadhan itu ada lailatul qadri khairun
min alfi syahr. Kita tahu bahwa a lailatul
qadar yang keutamaannya lebih baik dari seribu bulan. Artinya, orang yang melakukan
ibadah pada malam itu, lebih utama daripada ibadah di waktu yang lain. Pada
malem itu, ketika kita melakukan shalat, tilawatil Qur’an, dzikir dan
lain-lain, lebih utama daripada seribu bulan.
Di samping itu, masih banyak keutamaan lain
yang terdapat di bulan ramadhan. Namun
demikian, sementara ini bisa jadi masih ada
kesadaran yang kurang atau pada diri kita masih ada kelemahan, sehingga perlu mempersiapkan
diri secara maksimal dengan upaya sebesar-besarnya. Itulah sebabnya, persiapan
menyambut ramadhan ini perlu kita lakukan dengan sugguh-sungguh. Apalagi ramadhan
tahun 1441 H ini bisa jadi persiapannya agak berbeda dengan ramadhan-ramadhan sebelumnya.
Karena kondisi sebagian besar kita di tanah air baru berhadapan dengan wabah
virus Corona yang sekarang ini dirasakan di sebagian besar wilayah Indonesia.
Persiapan ruhiyah, maksudnya adalah
kita ingin memasuki bulan ramadhan, suasana hati kita betul-betul siap memasukinya. Kita ingin masuk bulan Ramadhan dengan kesungguhan bahwa kita ingin masuk
bukan hanya fisiknya, tetapi juga jiwa, fikiran, dan hati kita juga ikut hadir
memasuki bulan ramadhan. Sehingga persiapan itu bisa kita lakukan dengan
beberapa bentuk, misalnya dengan muhasabah, instrospeksi diri. Apakah kita kita telah siap, kesiapan hati,
jiwa dan ruh kita. Apakah ini memang sama dengan ketika
kita memasuki bulan-bulan lain, atau ada perbedaan. Tentu seharusnya
berbeda.
Sama halnya seperti kita bicara wabah
Corona dari sisi ruhiyah, bukan dari sisi fiqihnya. Sebagai bentuk muhasabah,
kita tentu masih sangat prihatin. Karena bisa jadi yang merindukan masjid, bisa
kembali shalat di masjid, dan berjamaah di masjid, bisa jadi tidak sebanyak orang-orang yang
merindukan untuk kembali bisa bersenang-senang di tempat-tempat lain. Bisa nongkrong di kafe, warung kopi, mall,
dan lainya. Ternyata mereka yang merindukan tempat-tempat selain masjid itu
lebih banyak. Lalu, apakah kenyataan umat semacam iin layak mendapat
pertolongan dari Allah Subhanahu wata’ala? Ini yang tentu pertanyaan
bagi kita semua. Hal ini sekaligus menjadi
pelajaran bagi kita bahwa ada pelajaran ruhiyah yang perlu kita lakukan
dalam menyambut Ramadhan.
Karena itu, kita ingin suasana memasuki
bulan ramadhan, banyak persiapan ruhiyah, ada muhasabah, diteruskan dengan introspeksi diri.
Kita mohon pertolongan Allah Subhanahu
wata’ala, agar Allah berkenan mengampuni dan
menghapus dosa-dosa kita. Bagaimana bisa dihapuskan? Dihapuskannya bisa jadi dengan musibah yang
kita alami, seperti halnya wabah yang sekarang terjadi. Dihapuskannya bisa jadi
dengan musibah yang kita alami. Sebagaimana dalam hadits Sunan Abu Dawud.
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا سَبَقَتْ لَهُ مِنَ اللهِ مَنْزِلَةٌ
لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ اِبْتَلاَهُ اللهٌ فِي جَسَدِهِ أَوْ فِي مَالِهِ أَوْ
فِي وَلَدِهِ, ثُمَّ صَبَّرَهُ عَلَى ذلِكَ حَتىَّ يُبْلِغَهُ الْمَنْزِلَةَ الَّتِي
سَبَقَتْ لَهُ مِنَ اللهِ تَعَالَى.
Artinya:
“Sesungguhnya
seorang hamba jika dia hendak mendapatkan kedudukan tertentu di sisi Allah yang
belum dia gapai dengan amalannya, niscaya Allah akan mengujinya pada jasadnya,
atau pada hartanya atau pada anaknya, kemudian Allah jadikan ia sabar
menghadapi ujian tersebut, maka Allah sampaikan pada derajat yang telah
ditetapkan Allah ‘azza wajalla.” (HR Abu Dawud).
Jadi, kemungkinan ada orang yang amalnya tidak banyak dengan derajat yang akan
diraihnya. Bagaimana caranya? Diberi
ujian, diberi bala’, cobaan, bisa bala’, dengan penyakit, atau hartanya.
Ujian dengan sedikit rasa takut, rasa lapar, kurangnya harta dan sebagainya,
sebagaimana firman Allah, berikut:
Nä3¯Ruqè=ö7oYs9ur &äóÓy´Î/ z`ÏiB Å$öqsø:$# Æíqàfø9$#ur <Èø)tRur z`ÏiB ÉAºuqøBF{$# ħàÿRF{$#ur ÏNºtyJ¨W9$#ur 3 ÌÏe±o0ur úïÎÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÎÈ
“Dan sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar”. (QS. AL Baqarah: 155)
Ini sebuah
keniscayaan bahwa ujian tersebut pasti ada. Ini bisa jadi merupakan salah satu
cara Allah SWT mengangkat derajat kita untuk berada pada derajat yang tinggi.
Hal-hal seperti inilah yang kita ingin wujudkan, termasuk juga suasana hati
kita ketika memasuk ramadhan dengan penuh semangat. Inilah sisi ruhiyah, kita ingin ketika
masuk Ramadhan ada persaingan luar biasa
dalam kebaikan.
“Dan bersegeralah kamu
kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan
bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali
Imran: 133)
Karena itu, persiapan memasuki ramadhan, maka dalam diri kita yang
muncul adalah suasana fastabikul khairat, berloma-lomba dalam kebaikan.
Maka tidak tepat kalau kita mengagendakan kegiatan bulan ramadhan, tetapi, tidak
kita siapkan dari sekarang. Misalnya kita mengagendakan membaca al Qur’an dan
agendakan tiap hari membaca dua juz. Ini
niat baik, tetapi tidak mungkin akan meraih derajat baik tersebut, dengan hasil
yang otimal kalau tidak disiapkan dari
sekarang. Selain berdo’a, juga kita siapkan. Bulan Sya’ban
adalah bulannya para pembaca Al Qurán. Bagaimana kita memasuki Sya’ban,
tilawah kita perbanyak, tilawah kita
perbaiki agar hasilnya otimal. Inilah yang perlu kita siapkan, sisi ruhiyah,
dengan berdo’a kepada Allah minta kepada Allah SWT.
Inilah
yang berkaitan dengan sisi ruhiyyah. Susana hati yang siap menikmati, jangan sampai ada suasana hati yang tersiksa,
kita merasa ramadhan sebagai sebuah beban. Seakan-akan ada beban berat.
Seharusnya kita seneng luar biasa, gembira luar biasa. Kalau orang bisnis berdagang, yang ketika
orang berdagang, bisanis ada momentum
jualan, ada diskon, harga murah dan lain-lain. Cuma amsalahnya, biasanya orang bicara
tentang diskon, banyak yang mudah memahami. Tetapi, ketika bicara pahala, kadang malah jarang yang berlomba-lomba
meraihnya.
2.
Persiapan
jasadiyah
Kedua, persiapan jasadiyah, fisik,
tubuh kita. Tubuh kita, perlu dirawat, dijaga agar memasuki ramadhan kita tetap
sehat-bugar, sehingga kita bisa menikmati bulan ramadhan, karena fisik kita
terjaga. Kalau tubuh kita sakit, tentu akan berat untuk menikmati bulan ramadhan.
Semoga dengan kita banyak berada di rumah, tubuh kita lebih terawat dan terjaga,
ketimbang di hari-hari biasa yang kita banyak berada di luar rumah, banyak bekumpul
dengan orang, dengan kegiatan yang
begitu banyak, sederat aktifitas yang menumpuk, sehingga membuat kita kesulitan
menjalankan aktifitas itu secara normal. Sementa ketika kita berada di rumah
kesempatan menjaga tubuh lebih memungkinkan.
3.
Persiapan
tsaqafiyah
Persiapan berhubungan dengan pengetahuan, dengan ilmu. Semoga
persiapan beberapa hari ini, dengan kajian-kajian on line songsong Ramadhan, maka diharapkan dapat menjadi
bagian salah satu cara persiapan ramadhan. Agar memperluas wawasan, pengatahun
untuk di bulan ramadhan semakin mendalam. Pengetahuan kita tentang puasa,
i’tikaf, tarawih, zakat fitri dan lain-lain, dari waktu ke waktu dan dari masa
ke masa berikutnya, kita sangat memerlukan untuk betul-betul kita membiasakan
menambah pengetahuan- wawasan kita. Semakin banyak ilmu yang kita pelajari, maka
akan semakin terbuka hal-hal yang selama ini tertutup. Bisa jadi yangselama ini
sulit dipahami menjadi mudah, karena ilmu. Kajian ini adalah salah satu
persiapan sisi tsaqafiyah, sisi ilmu.
4.
Persiapan
maaliyah
Persiapan maaliyah yaitu berhubungan harta. Ini artinya bukan
persiapan harta untuk buka puasa atau sahur semata, meskipun itu diperlukan.
Tetapi yang kita maksudkan adalah masuk bulan ramadhan ada peluang-peluang amal
dengan harta kita. Menyisihkan sebagian harta yang kita miliki di jalan allah,
di bulan Ramadhan ini adalah kesempatan, momentum yang sangat baik bagi kita untuk
beramal. Termasuk salah satu cara melipat gandakan pahala puasa adalah
kita memberi makan kepada orang yang sedang
puasa, seperti hadits berikut:
مَنْ فَطَّرَصَائِمًا كَانَ لَهُ
مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَيَنْقُصُ مِنْ أَجِْر الصَّائِمِ شَيْئًا
Artinya:
“Barang siapa
memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang
berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun”. (HR. Tirmidzi)
Jadi, ini cara Allah SWT memberi pahala besar kepada orang yang
berpuasa. Apalagi ramadhan tahun ini, bisa
jadi masih bertemu dengan wabah korona. Tentu tidak kita harapkan, tetapi
sekiraya terjadi, maka ada antisipasi yang kita lakukan. Ada orang-orang yang
terdampak secara ekonomi, pekerja harian, di PHK (dirumahkan) dan tidak
mendapat gaji. Kejadian ini bisa menjadi contoh bagaimana kita bisa menyisihkan
sebagian harta yang kita miliki di jalan Allah SWT.
Jadi, empat persiapan ruhiyah,
jasadiyah, tsaqafiyah dan maaliyah, keempatnya paling tidak persiapan utama memasuki ramadhan. Ini
adalah salah satu cara kita mempersiapkan ramadhan agar hasilnya bisa
optimal. Sekarang kita masih di
bulan Sya’ban, maka kita perlu mengoptimalkan beberapa hal menyambut bulan ramadhan.
Selain belajar, maka bagi kita yang ramadhan tahun lalu ada yang hal-hal yang belum ditunaikan, maka segera selesaikan. Bagi
kita yang ramadhan tahun lalu ada amalan yang belum optimal, maka sejak Sya’ban
hari-hari ini, bisa semakin maksimalkan. Misalnya, sejak sekarang tilawah kita sudah dimulai, hari-hari ini, misalnya kita mentarget
tilawah dua juz setiap hari, maka bisa kita mulai sejak dari sekarang. Dengan
demikian, masuk ramadhan nanti tidak
terjadi lompatan yang terlalu jauh, karena kita sudah mempersiapkan diri.
Kemudian, kaitanya
dengan wabah yang sekarang terjadi, ada ungkapan dari Ibnu Hajar Al Asqalani, di
dalam kitabnya Badzlul Maa’uun fii fadhilath Thaa’uun, halaman 378, di
antara hikmah wabah korona adalah :
1.
Pendekkan
angan-angan
تقصيرالأمل -
2.
Perbanyak
amal
تحسين العمل -
3.
Bangun
dari kelalaian kita اليقظة من الغفلة -
4.
Cari
bekal untuk kehidupan hari akhir التزود للرحلة -
Inilah upaya
kita menyambut ramadhan dengan mencari hikmah-himah dari musibah yang sedang kita hadapi.
Yogyakarta, 12 April 2020/18 Sya’ban 1441
Diringkas dari Kajian on line
oleh Ust. Ridwan Hamidi
pada hari Sabtu, 11 April 2020/17 Sya’ban 1441
0 komentar:
Posting Komentar