You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 13 April 2020

Empat persiapan menuju Ramadhan

Puasa adalah salah satu bagian dari rukun Islam yang penting, karena kedudukan puasa menunjukkan kewajiban yang begitu besar dalam Islam. Karena itu, menyambut puasa di bulan ramadhan 1441 ini, setidaknya ada empat persiapan yang perlu kita lakukan untuk menuju bulan suci ramadhan, yaitu persiapan ruhiyah, jasadiyah, tsqafiyah dan maaliyah.
1.        Persiapan ruhiyah
Persiapan ruhiyah maksudnya adalah, bagaimana kita mempersiapkan ruh dan  diri kita untuk memasuki bulan yang mulia, bulan yang mempunyai keutamaan yang begitu besar dan banyak keutamaan yang setiap orang beriman pasti merindukan bulan tersebut. Bagaimana tidak, di bulan ramadhan itu ada lailatul qadri khairun min alfi syahr. Kita tahu bahwa  a lailatul qadar yang keutamaannya lebih baik dari seribu bulan. Artinya, orang yang melakukan ibadah pada malam itu, lebih utama daripada ibadah di waktu yang lain. Pada malem itu, ketika kita melakukan shalat, tilawatil Qur’an, dzikir dan lain-lain, lebih utama daripada seribu bulan.
Di samping itu, masih banyak keutamaan lain yang terdapat di bulan ramadhan.  Namun demikian, sementara ini  bisa jadi masih ada kesadaran yang kurang atau pada diri kita masih ada kelemahan, sehingga perlu mempersiapkan diri secara maksimal dengan upaya sebesar-besarnya. Itulah sebabnya, persiapan menyambut ramadhan ini perlu kita lakukan dengan sugguh-sungguh. Apalagi ramadhan tahun 1441 H ini bisa jadi persiapannya agak berbeda dengan ramadhan-ramadhan sebelumnya. Karena kondisi sebagian besar kita di tanah air baru berhadapan dengan wabah virus Corona yang sekarang ini dirasakan di sebagian besar wilayah Indonesia.
Persiapan ruhiyah, maksudnya adalah kita ingin memasuki bulan ramadhan, suasana hati kita betul-betul  siap memasukinya. Kita ingin masuk  bulan Ramadhan  dengan kesungguhan bahwa kita ingin masuk bukan hanya fisiknya, tetapi juga jiwa, fikiran, dan hati kita juga ikut hadir memasuki bulan ramadhan. Sehingga persiapan itu bisa kita lakukan dengan beberapa bentuk, misalnya dengan muhasabah, instrospeksi diri.   Apakah kita kita telah siap, kesiapan hati, jiwa  dan ruh  kita. Apakah ini memang sama dengan ketika kita memasuki bulan-bulan lain, atau ada perbedaan. Tentu seharusnya berbeda. 
Sama halnya seperti kita bicara wabah Corona dari sisi ruhiyah, bukan dari sisi fiqihnya. Sebagai bentuk muhasabah, kita tentu masih sangat prihatin. Karena bisa jadi yang merindukan masjid, bisa kembali shalat di masjid, dan berjamaah di masjid,   bisa jadi tidak sebanyak orang-orang yang merindukan untuk kembali bisa bersenang-senang di tempat-tempat  lain. Bisa nongkrong di kafe, warung kopi, mall, dan lainya. Ternyata mereka yang merindukan tempat-tempat selain masjid itu lebih banyak. Lalu, apakah kenyataan umat semacam iin layak mendapat pertolongan dari Allah Subhanahu wata’ala? Ini yang tentu pertanyaan bagi kita semua. Hal  ini sekaligus menjadi pelajaran bagi kita bahwa ada pelajaran ruhiyah yang perlu kita lakukan dalam menyambut Ramadhan.
Karena itu, kita ingin suasana memasuki bulan ramadhan, banyak persiapan ruhiyah, ada  muhasabah, diteruskan dengan introspeksi diri. Kita mohon pertolongan Allah Subhanahu wata’ala, agar Allah berkenan mengampuni dan menghapus dosa-dosa kita. Bagaimana bisa dihapuskan?  Dihapuskannya bisa jadi dengan musibah yang kita alami, seperti halnya wabah yang sekarang terjadi. Dihapuskannya bisa jadi dengan musibah yang kita alami. Sebagaimana dalam hadits Sunan Abu Dawud.

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا سَبَقَتْ لَهُ مِنَ اللهِ مَنْزِلَةٌ لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ اِبْتَلاَهُ اللهٌ فِي جَسَدِهِ أَوْ فِي مَالِهِ أَوْ فِي وَلَدِهِ, ثُمَّ صَبَّرَهُ عَلَى ذلِكَ حَتىَّ يُبْلِغَهُ الْمَنْزِلَةَ الَّتِي سَبَقَتْ لَهُ مِنَ اللهِ تَعَالَى.
Artinya:
“Sesungguhnya seorang hamba jika dia hendak mendapatkan kedudukan tertentu di sisi Allah yang belum dia gapai dengan amalannya, niscaya Allah akan mengujinya pada jasadnya, atau pada hartanya atau pada anaknya, kemudian Allah jadikan ia sabar menghadapi ujian tersebut, maka Allah sampaikan pada derajat yang telah ditetapkan Allah ‘azza wajalla.” (HR Abu Dawud).

Jadi,  kemungkinan ada orang yang  amalnya tidak banyak dengan derajat yang akan diraihnya.  Bagaimana caranya? Diberi ujian, diberi bala’, cobaan, bisa bala’, dengan penyakit, atau hartanya. Ujian dengan sedikit rasa takut, rasa lapar, kurangnya harta dan sebagainya, sebagaimana firman Allah, berikut:

Nä3¯Ruqè=ö7oYs9ur &äóÓy´Î/ z`ÏiB Å$öqsƒø:$# Æíqàfø9$#ur <Èø)tRur z`ÏiB ÉAºuqøBF{$# ħàÿRF{$#ur ÏNºtyJ¨W9$#ur 3 ̍Ïe±o0ur šúïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÎÈ  

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. (QS. AL Baqarah: 155)

Ini sebuah keniscayaan bahwa ujian tersebut pasti ada. Ini bisa jadi merupakan salah satu cara Allah SWT mengangkat derajat kita untuk berada pada derajat yang tinggi. Hal-hal seperti inilah yang kita ingin wujudkan, termasuk juga suasana hati kita ketika memasuk ramadhan dengan penuh semangat.  Inilah sisi ruhiyah, kita ingin ketika masuk Ramadhan ada  persaingan luar biasa dalam kebaikan.
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran: 133)

Karena itu, persiapan memasuki ramadhan, maka dalam diri kita yang muncul adalah suasana fastabikul khairat, berloma-lomba dalam kebaikan. Maka tidak tepat kalau kita mengagendakan kegiatan bulan ramadhan, tetapi, tidak kita siapkan dari sekarang. Misalnya kita mengagendakan membaca al Qur’an dan agendakan tiap hari membaca  dua juz. Ini niat baik, tetapi tidak mungkin akan meraih derajat baik tersebut, dengan hasil yang  otimal kalau tidak disiapkan dari sekarang.  Selain berdo’a,  juga kita siapkan.  Bulan Sya’ban  adalah bulannya para pembaca Al Qurán. Bagaimana kita memasuki Sya’ban, tilawah kita perbanyak, tilawah  kita perbaiki agar hasilnya otimal. Inilah yang perlu kita siapkan, sisi ruhiyah, dengan berdo’a kepada Allah minta kepada Allah SWT.
Inilah yang berkaitan dengan sisi ruhiyyah. Susana hati yang siap menikmati,  jangan sampai ada suasana hati yang tersiksa, kita merasa ramadhan sebagai sebuah beban. Seakan-akan ada beban berat. Seharusnya kita seneng luar biasa, gembira luar biasa.  Kalau orang bisnis berdagang, yang ketika orang berdagang, bisanis  ada momentum jualan, ada diskon, harga murah dan lain-lain. Cuma amsalahnya, biasanya orang bicara tentang diskon, banyak yang mudah memahami. Tetapi, ketika  bicara pahala, kadang malah jarang yang berlomba-lomba meraihnya. 

2.        Persiapan jasadiyah
Kedua, persiapan  jasadiyah, fisik, tubuh kita. Tubuh kita, perlu dirawat, dijaga agar memasuki ramadhan kita tetap sehat-bugar, sehingga kita bisa menikmati bulan ramadhan, karena fisik kita terjaga. Kalau tubuh kita sakit, tentu akan berat untuk menikmati bulan ramadhan. Semoga dengan kita banyak berada di rumah, tubuh kita lebih terawat dan terjaga, ketimbang di hari-hari biasa yang kita banyak berada di luar rumah, banyak bekumpul  dengan orang, dengan kegiatan yang begitu banyak, sederat aktifitas yang menumpuk, sehingga membuat kita kesulitan menjalankan aktifitas itu secara normal. Sementa ketika kita berada di rumah kesempatan menjaga tubuh lebih memungkinkan. 

3.        Persiapan tsaqafiyah
Persiapan berhubungan dengan pengetahuan, dengan ilmu. Semoga persiapan beberapa hari ini, dengan kajian-kajian on line  songsong Ramadhan, maka diharapkan dapat menjadi bagian salah satu cara persiapan ramadhan. Agar memperluas wawasan, pengatahun untuk di bulan ramadhan semakin mendalam. Pengetahuan kita tentang puasa, i’tikaf, tarawih, zakat fitri dan lain-lain, dari waktu ke waktu dan dari masa ke masa berikutnya, kita sangat  memerlukan untuk betul-betul kita membiasakan menambah pengetahuan- wawasan kita. Semakin banyak ilmu yang kita pelajari, maka akan semakin terbuka hal-hal yang selama ini tertutup. Bisa jadi yangselama ini sulit dipahami menjadi mudah, karena ilmu. Kajian ini adalah salah satu persiapan sisi tsaqafiyah, sisi ilmu.
4.        Persiapan maaliyah
Persiapan maaliyah  yaitu berhubungan harta. Ini artinya bukan persiapan harta untuk buka puasa atau sahur semata, meskipun itu diperlukan. Tetapi yang kita maksudkan adalah masuk bulan ramadhan ada peluang-peluang amal dengan harta kita. Menyisihkan sebagian harta yang kita miliki di jalan allah, di bulan Ramadhan ini adalah kesempatan,  momentum yang sangat baik bagi kita untuk beramal. Termasuk salah satu cara melipat gandakan pahala puasa adalah kita  memberi makan kepada orang yang sedang puasa, seperti hadits berikut:
مَنْ فَطَّرَصَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَيَنْقُصُ مِنْ أَجِْر الصَّائِمِ شَيْئًا
Artinya:
“Barang siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun”. (HR. Tirmidzi)

Jadi, ini cara Allah SWT memberi pahala besar kepada orang yang berpuasa.  Apalagi ramadhan tahun ini, bisa jadi masih bertemu dengan wabah korona. Tentu tidak kita harapkan, tetapi sekiraya terjadi, maka ada antisipasi yang kita lakukan. Ada orang-orang yang terdampak secara ekonomi, pekerja harian, di PHK (dirumahkan) dan tidak mendapat gaji. Kejadian ini bisa menjadi contoh bagaimana kita bisa menyisihkan sebagian harta yang kita miliki di jalan Allah SWT.
Jadi, empat persiapan  ruhiyah, jasadiyah, tsaqafiyah dan maaliyah, keempatnya paling  tidak persiapan utama memasuki ramadhan. Ini adalah salah satu cara kita mempersiapkan ramadhan agar hasilnya bisa optimal.  Sekarang kita masih di bulan Sya’ban, maka kita perlu mengoptimalkan beberapa hal menyambut bulan ramadhan. Selain belajar, maka bagi kita yang ramadhan tahun lalu ada yang hal-hal yang  belum ditunaikan, maka segera selesaikan. Bagi kita yang ramadhan tahun lalu ada amalan yang belum optimal, maka sejak Sya’ban hari-hari ini, bisa semakin maksimalkan.  Misalnya, sejak sekarang tilawah kita  sudah dimulai, hari-hari ini, misalnya  kita  mentarget tilawah dua juz setiap hari, maka bisa kita mulai sejak dari sekarang. Dengan demikian,  masuk ramadhan nanti tidak terjadi lompatan yang terlalu jauh, karena kita sudah mempersiapkan diri.
Kemudian, kaitanya dengan wabah yang sekarang terjadi, ada ungkapan dari Ibnu Hajar Al Asqalani, di dalam kitabnya Badzlul Maa’uun fii fadhilath Thaa’uun, halaman 378, di antara   hikmah wabah korona adalah :
1.        Pendekkan angan-angan     تقصيرالأمل -
2.        Perbanyak amal  تحسين العمل -
3.        Bangun dari kelalaian kita اليقظة من الغفلة -
4.        Cari bekal untuk kehidupan hari akhir التزود للرحلة -
Inilah upaya kita menyambut ramadhan dengan mencari hikmah-himah dari  musibah yang sedang kita hadapi.

Yogyakarta, 12 April 2020/18 Sya’ban 1441
Diringkas dari Kajian on line
 oleh  Ust. Ridwan Hamidi
pada hari Sabtu, 11 April 2020/17 Sya’ban 1441

0 komentar:

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP