Menjaga Amanah
“Sesungguhnya Kami telah
mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan amat bodoh “
(QS. Al Ahzab : 72)
Amanah ditinjau dari segi bahasa, berasal dari kata amina-amanatan yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Amanah ditinjau dari istilah berarti sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga agar sampai pada yang berhak memilikinya (Ahmad Musthafa Al-Maraghi). Sedangkan menurut Ibn Al-Araby, amanah adalah segala sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya atau sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya untuk diambil manfaatnya. Dengan kata lain, amanah adalah menyampaikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga maupun jasa.
Amanah dan iman memiliki hubungan yang sangat erat
karena amanah lahir dari kekuatan iman sehingga hanya orang yang berimanlah yang memiliki sifat amanah. Salah satu cirri
orang yang beriman adalah yang selalu menjaga amanah. Allah swt. berfirman:
Amanah ditinjau dari segi bahasa, berasal dari kata amina-amanatan yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Amanah ditinjau dari istilah berarti sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga agar sampai pada yang berhak memilikinya (Ahmad Musthafa Al-Maraghi). Sedangkan menurut Ibn Al-Araby, amanah adalah segala sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya atau sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya untuk diambil manfaatnya. Dengan kata lain, amanah adalah menyampaikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga maupun jasa.
“dan
orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya”.
(QS.Al Mukminun : 8)
Rasulullah Shallaahu
‘alaihi wasallam bersabda :
”Tidak (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah dan
tidak (sempurna) agama orang yang tidak menunaikan janji.” (HR.
Ahmad)
Perintah Menjaga Amanah
Setiap manusia kelak akan dimintai pertanggungjawaban
terhadap amanah yang diembannya. Wajib bagi kita untuk menunaikan amanah dengan
sebaik-baiknya. Allah swt. berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah
kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui.” (QS. Al Anfaal: 27)
Salah satu faktor yang menyebabkan orang mudah melalaikan
amanah adalah karena harta, wanita dan
tahta/kekuasaan. Ketiga perhiasan dunia
tersebut sangat mengiurkan dan menggoda
manusia. Tidak sedikit orang yang hancur masa depan, karier dan jabatanya hanya karena harta, wanita dan tahta. Karena itu, sekecil
apapun amanah yang dilaksanakan, akan
memiliki dampak positif berupa kebaikan. Sebaliknya, sekecil
apapun amanah yang disia-siakan, niscaya memiliki dampak negatif berupa
keburukan. Dampak itu bukan hanya mengenai dirinya tetapi juga
mengenai umat manusia secara umum.
Seorang mukmin yang bekerja mencari nafkah dengan
cara yang halal dan baik, maka akan memberikan dampak positif berupa ketenangan
jiwa dan kebahagiaan bagi keluarganya. Lebih dari itu dia mampu memberi sedekah
dan infak kepada yang membutuhkan. Sebaliknya seorang yang menganggur dan malas
akan menimbulkan dampak negatif berupa keburukan, keluarga terlantar, kekisruhan, keributan dan bisa jadi menjadi beban bagi orang lain.
Kesalahan kecil dalam menunaikan amanah akan
menimbulkan bahaya yang fatal. Contoh: Terjadinya kecelakaan mobil ditabrak
kereta, disebabkan hanya karena sopirnya lengah atau sang penjaga pintu rel
kereta tidak menutupnya. Bahaya yang lebih fatal lagi jika amanah dakwah tidak
dilaksanakan, maka yang terjadi adalah merebaknya kemaksiatan, kematian
hati, kerusakan moral dan tatanan sosial serta kepemimpinan yang di pegang oleh
orang yang bodoh dan zhalim. Rasulullah Shallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Dan dari Jabir RA berkata, tatkala Nabi SAW berada dalam suatu majelis
sedang berbicara dengan sahabat, maka datanglah orang Arab Badui dan berkata:
“Kapan terjadi Kiamat?” Rasulullah SAW terus melanjutkan pembicaraannya.
Sebagian sahabat berkata: Rasulullah SAW mendengar apa yang ditanyakan tetapi
tidak menyukai apa yang ditanyakannya. Berkata sebagian yang lain: Rasul SAW
tidak mendengar”. Setelah Rasulullah SAW menyelesaikan perkataannya, beliau
bertanya: ”Mana yang bertanya tentang Kiamat?” Berkata orang Badui itu: ”Saya
wahai Rasulullah saw.” Rasul SAW berkata: ”Jika amanah disia-siakan, maka
tunggulah Kiamat”. Bertanya: ”Bagaimana menyia-nyiakannya?”. Rasul SAW
menjawab: ”Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah
Kiamat (kehancuranya)” (HR.
Bukhari)
Bentuk-Bentuk Amanah
Pertama, amanah manusia terhadap Allah, yaitu manusia harus memiliki hubungan baik terhadap
Allah (hablum minallah) berupa melaksankan semua perintah Allah dan
meninggalkan semua larangan-Nya. Inilah yang disebut dengan istilah
taqwa.
Allah swt
berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)
Memanfaatkan
dan menggunakan semua yang kita miliki baik harta maupun kekuasaan dan jabatan
untuk sarana beribadah kepada Allah adalah termasuk amanah manusia kepada Allah
SWT.
Kedua, amanah kepada orang lain, yaitu manusia harus
selalu hidup berdampingan/harmonis
dengan orang lain (hamblun
minannaas). Misalnya pemimpin berlaku santun dan adil terhadap
masyarakatnya. Kyai, ulama serta ustadz
berlaku adil terhadap jamaahnya sehingga menjadi teladan dan panutan bagi umat.
Orang tua tidak melupakan tanggung jawabnya terhadap anak-anaknya. Guru, dosen
dan tenaga pengajar yang lain selalu memberikan pendidikan yang baik terhadap
murid atau siswanya. Semua itu merupakan contoh sederhana dari orang yang
menunaikan amanah.
Allah swt berfirman :
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (QS. An Nisaa:58)
Ketiga, amanah
terhadap dirinya sendiri, yaitu manusia harus selalu menjaga dirinya
untuk tidak melakukan hal yang
membahayan diri dan orang lain serta melakukan yang terbaik dan
bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Allah swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim ; 6)
Amanah merupakan faktor
utama terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran dan keharmonisan suatu bangsa. Sebab,
dengan sikap amanah semua komponen bangsa akan berlaku jujur, tanggung jawab
dan disiplin dalam setiap aktifitas kehidupan.
Margianto
Fungsional Penyuluh Agama Islam
Kecamatan Ngampilan Kota Yogyakara
0 komentar:
Posting Komentar