Ikhlas dan perusaknya
Ikhlas merupakan salah satu faktor utama yang dapat menyebabkan suatu amalan ibadah diterima Allah Ta'ala. Ikhlas adalah memurnikan ibadah atau amal shalih hanya untuk Allah dengan mengharap pahala dari-Nya semata. Jadi dalam beramal kita hanya mengharap balasan dari Allah, tidak dari manusia atau makhluk-makhluk yang lain.
Imam Ibnul Qayyim menjelaskan arti ikhlas yaitu mengesakan Allah di dalam tujuan atau keinginan ketika melakukan ketaatan. Beliau juga menjelaskan bahwa makna ikhlas adalah memurnikan amalan dari segala yang mengotorinya. Inilah bentuk pengamalan dari firman Allah dalam surat Al-Fatihah ayat 5 yang artinya: Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.
Kita perlu berhati-hati dalam beramal. Tatkala di dalam hati kita menginginkan sesuatu dari tujuan-tujuan duniawi, maka ini bisa merusak amal tersebut. Allah tidak akan menerima amal seseorang yang dilakukan hanya untuk tujuan-tujuan duniawi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits qudsi:
"Sesungguhnya Allah telah berfirman: Aku sangat tidak butuh kepada sekutu, barang siapa yang mengerjakan suatu amalan yang dia menyekutukanKu di dalamnya maka akan Aku tinggalkan dia dan sekutunya" (HR. Muslim).
Berikut ini beberapa perbuatan atau pekerjaan yang dapat merusak keikhlasan, antara lain:
Pertama, riya’, yaitu seseorang yang menampakan amalnya dengan tujuan
orang lain melihatnya dan memujinya. Kita harus berhati-hati dan
menanyakan pada diri kita sendiri, “Sudah ikhlaskah kita?” Riya’ termasuk dalam perbuatan syirik
dan dikategorikan syirik kecil. Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda :
"Sesungguhnya hal
yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, maka para sahabat
bertanya : ‘Apakah syirik kecil itu wahai Rasulullah?’. Beliaupun bersabda: ‘Syirik kecil
itu adalah riya’. Pada hari kiamat ketika manusia dibalas dengan amal
perbuatannya Allah akan berkata kepada orang-orang yang berbuat riya’,
‘Pergilah kalian kepada apa-apa yang membuat kalian berbuat riya’, maka
lihatlah apakah kalian mandapat balasan dari mereka’"(HR. Ahmad ).
Kedua, ujub, yaitu seseorang yang berbangga diri dengan amal-amalnya. Para
ulama menerangkan bahwa ujub merupakan sebab terhapusnya pahala seseorang,
karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa ujub
sebagai hal-hal yang membinasakan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Hal-hal yang membinasakan
ada tiga yaitu: berbangganya seseorang dengan dirinya, kikir yang dituruti dan
hawa nafsu yang diikuti" (HR. Al-Bazzar ).
Ketiga, sum’ah, yaitu seseorang yang beramal dengan tujuan agar orang
lain mendengar amalnya tersebut lalu memujinya. Bahaya sum’ah sama dengan bahaya riya’
dan pelakunya terancam tidak akan mendapatkan balasan dari Allah, bahkan Allah
akan membuka semua keburukannya di hadapan manusia. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang
memperdengarkan amalannya maka Allah akan memperdengarkan kejelekan niatnya dan
barang siapa yang beramal karena riya’ maka Allah akan membuka niatnya di
hadapan manusia" (HR. Bukhari
dan Muslim)
Tiga hal di atas, merupakan sebagian dari tantangan yang dihadapi oleh setiap orang,
termasuk Penyuluh Agama Islam. Tiga hal itu merupakan sifat
atau perbuatan yang dapat
merusak keikhlasan. Lakukan segala sesuatu semata-mata diniatkan karena Allah SWT. Pekerjaan yang kita
lakukan, jika niatnya hanya ingin dilihat, di
puji, atau dihargai orang lain, maka bersiaplah kita menghadapi kekecewaan. Sebaliknya, jika pekerjaan
yang kita lakukan, semata mata hanya untuk Allah, maka yakinlah bahwa Allah SWT akan memberikan sesuatu yang terbaik
sesuai dengan niat dan keikhlasan yang ada pada diri kita.
Samsul Ma’arif
Fungsional
Penyuluh Agama Islam
Kecamatan
Mergangsan
0 komentar:
Posting Komentar