You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 24 Oktober 2016

Ikhlas dan perusaknya


Satu kata yang misteri, mudah diucapkan tetapi sulitnya luar biasa untuk diterapkan, yaitu ikhlas. Dalam kehidupan sehari-hari, hampir dipastikan bahwa  semua orang akan selalu berhadapan dengan kata ikhlas. Apalagi, di kalangan Penyuluh Agama Islam,  ketika  melakukan bimbingan dan penyuluhan, biasanya tidak pernah ketinggalan dengan kata ikhlas ini.

Ikhlas merupakan salah satu faktor utama yang dapat menyebabkan suatu amalan ibadah diterima Allah Ta'ala. Ikhlas adalah memurnikan ibadah atau amal shalih hanya untuk Allah dengan mengharap pahala dari-Nya semata. Jadi dalam beramal kita hanya mengharap balasan dari Allah, tidak dari manusia atau makhluk-makhluk yang lain.

Imam Ibnul Qayyim menjelaskan arti ikhlas yaitu mengesakan Allah di dalam tujuan atau keinginan ketika melakukan ketaatan. Beliau juga menjelaskan bahwa makna ikhlas adalah memurnikan amalan dari segala yang mengotorinya. Inilah bentuk pengamalan dari firman Allah dalam surat Al-Fatihah ayat 5 yang artinya: Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.

Kita perlu berhati-hati dalam beramal.  Tatkala di dalam hati kita menginginkan sesuatu dari tujuan-tujuan duniawi, maka ini bisa merusak amal tersebut.   Allah tidak akan menerima amal seseorang yang dilakukan hanya untuk tujuan-tujuan duniawi. Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits qudsi:

"Sesungguhnya Allah telah berfirman: Aku sangat tidak butuh kepada sekutu, barang siapa yang mengerjakan suatu amalan yang dia menyekutukanKu di dalamnya maka akan Aku tinggalkan dia dan sekutunya" (HR. Muslim).

Berikut ini beberapa perbuatan atau pekerjaan yang dapat merusak keikhlasan, antara lain:

Pertama, riya’, yaitu seseorang yang menampakan amalnya dengan tujuan orang lain melihatnya dan memujinya. Kita harus berhati-hati dan menanyakan pada diri kita sendiri, Sudah ikhlaskah kita? Riya’ termasuk dalam perbuatan syirik dan dikategorikan syirik kecil. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Sesungguhnya hal yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, maka para sahabat bertanya : ‘Apakah syirik kecil itu wahai Rasulullah?’. Beliaupun bersabda: ‘Syirik kecil itu adalah riya’. Pada hari kiamat ketika manusia dibalas dengan amal perbuatannya Allah akan berkata kepada orang-orang yang berbuat riya’, ‘Pergilah kalian kepada apa-apa yang membuat kalian berbuat riya’, maka lihatlah apakah kalian mandapat balasan dari mereka’"(HR. Ahmad ).
Kedua, ujub, yaitu seseorang yang berbangga diri dengan amal-amalnya. Para ulama menerangkan bahwa ujub merupakan sebab terhapusnya pahala seseorang, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa ujub sebagai hal-hal yang membinasakan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Hal-hal yang membinasakan ada tiga yaitu: berbangganya seseorang dengan dirinya, kikir yang dituruti dan hawa nafsu yang diikuti" (HR. Al-Bazzar ).
Ketiga, sum’ah, yaitu seseorang yang beramal dengan tujuan agar orang lain mendengar amalnya tersebut lalu memujinya. Bahaya sum’ah sama dengan bahaya riya’ dan pelakunya terancam tidak akan mendapatkan balasan dari Allah, bahkan Allah akan membuka semua keburukannya di hadapan manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang memperdengarkan amalannya maka Allah akan memperdengarkan kejelekan niatnya dan barang siapa yang beramal karena riya’ maka Allah akan membuka niatnya di hadapan manusia" (HR. Bukhari dan Muslim)
Tiga hal di atas, merupakan sebagian dari tantangan yang dihadapi oleh setiap orang, termasuk Penyuluh Agama Islam. Tiga hal itu merupakan sifat atau perbuatan yang dapat merusak keikhlasan. Lakukan segala sesuatu semata-mata diniatkan karena Allah SWT. Pekerjaan yang kita lakukan, jika niatnya hanya ingin dilihat, di puji, atau dihargai orang lain, maka  bersiaplah kita menghadapi kekecewaan. Sebaliknya, jika pekerjaan yang  kita lakukan, semata mata  hanya untuk Allah, maka yakinlah bahwa Allah SWT akan memberikan sesuatu yang terbaik sesuai dengan niat dan keikhlasan yang ada pada diri kita.

Samsul Ma’arif
Fungsional Penyuluh Agama Islam
Kecamatan Mergangsan

0 komentar:

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP