You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 03 Juni 2014

Amal Utama

Dalam sejarah Islam, beramal shalih merupakan salah satu misi hidup terpenting. Setiap muslim dituntut untuk mengisi hari-harinya dengan memperbanyak amal shalih, disamping tentunya dilandasi dengan iman yang kuat. Dengan demikian maka hidup akan bermakna, terhindar dari kerugian dan kesia-siaan.
Istilah amal shalih sesungguhnya mengandung makna yang sangat luas. Setiap ibadah yang diperintahkan atau dianjurkan serta perbuatan baik yang tidak bertentangan dengan aturan atau nilai-nilai agama termasuk kategori amal shalih. Meskipun spektrum amal shalih sedemikian luas sehingga memungkinkan untuk memilih dan berkreasi, namun ada amal-amal yang mendapatkan prioritas untuk dilaksanakan. Dalam beberapa hadits terdapat istilah “amal paling utama” (afdhalul a’maal), “amal paling dicintai” (ahabbul a’maal) dan lain-lain yang mengindikasikan adanya skala prioritas dalam beramal. Pelaksanaan amal shalih perlu diselaraskan dengan skala prioritas tersebut agar amal menjadi lebih efektif dan efisien.
Ada beberapa karakteristik yang menjadikan amal bisa dikategorikan sebagai amal utama :
Pertama, amal yang lebih banyak dan lebih luas manfaatnya. Salah satu ukuran tingkat keutamaan amal di sisi Allah adalah besar dan luasnya manfaat yang dihasilkan dari amal tersebut. Berdasarkan pertimbangan ini, maka berjuang di jalan Allah  (jihad fii sabilillah) lebih utama dari pada ibadah haji, sebab cakupan manfaat jihad lebih luas dari pada shalat sunnah. Di samping itu, manfaat ilmu jauh lebih luas dan banyak daripada dzikir. Rasulullah SAW bersabda:
“Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Amal yang paling dicintai Allah adalah menggembirakan orang muslim, menghapus kegelisahannya, membayar hutangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sesungguhnya berjalan bersama muslim lain untuk suatu kebutuhan (dakwah) lebih aku sukai daripada beri’tikaf di masjid Madinah selama satu bulan.” (HR Thabrani).
Rasulullah SAW lebih menyukai amal-amal yang bersifat sosial daripada amal-amal yang bersifat ritual belaka karena amal-amal sosial lebih luas cakupan manfaatnya. Manfaat I’tikaf sambil dzikir di masjid lebih bersifat pribadi, sedangkan dakwah dapat mendatangkan manfaat bagi orang banyak. Jika harus memilih, Rasulullah lebih menyukai berdakwah dari pada beri’tikaf.
Kedua, amal yang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Allah swt memberikan nikmat dan potensi yang berbeda-beda kepada manusia agar saling mengisi dan memberi. Setiap potensi yang dianugerahkan disertai amanah agar memanfaatnkannya sesuai petunjuk agama. Oleh karena itu, amal utama seseorang adalah amal berdasarkan potensi utama yang dimilikinya karena telah menjadi kewajibannya memanfaatkan potensi tersebut.
Amal utama orang kaya adalah memberikan zakat, infaq dan sedekah karena orang kaya diciptakan Allah untuk membantu orang miskin. Amal utama ilmuwan adalah membimbing dan mengajarkan ilmunya kepada orang lain karena Allah swt menciptakan orang berilmu untuk menunjuki orang yang kurang berilmu. Amal utama pemimpin adalah berlaku adil dan bagaimana menyejahterakan rakyatnya sebab untuk itulah ia diberikan amanah kepemimpinan.
Ketiga, amal shalih yang dilakukan secara berkesinambungan. Amal yang dikerjakan secara terus menerus menghasilkan manfaat yang lebih besar dan membekas lebih kuat. Di antara manfaat amal shalih adalah memperkuat iman dan memperbaiki akhlak. Penguatan iman dan perbaikan akhlak baru berhasil jika dilakukan terus menerus. Oleh sebab itu amal shalih sebagai sarananya mesti dikerjakan terus menerus. Nabi bersabda : ”Amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang berkesinambungan, meskipun dilakukan sedikit demi sedikit.” (Muttafaq alaih).
Nur Achmad, S.Ag., MA.
Penyuluh Agama Islam Kota Yogyakarta
Wilayah Kerja Kecamatan Ngampilan

0 komentar:

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP