You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 06 Juni 2014

Altruisme

Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (QS. Al Baqarah : 207)

Hadits yang mulia banyak meriwayatkan kesanggupan sahabat terhadap keutamaan menolong sesamanya terutama yang sedang ditimpa kesulitan hidup.

Betapa tidak tersentuh sanubari kita, seseorang yang dalam keadaan sangat membutuhkan sesuatu, namun ketika melihat orang lain juga membutuhakannya, ia rela memberikannya.
Itulah yang terjadi ketika usai perang Uhud, terdengar erangan kehausan seorang dari pasukan muslim yang tergeletak dalam keadaan terluka dan kepayahan. Ketika bantuan datang sebelum sempat meminumnya terdengar erangan di seberang, ia tidak jadi minum dan meminta agar air minum diberikan kepada asal suara erangan itu. Demikian pula orang kedua pun tidak jadi minum lantaran ia mendengar erangan lain sampai akhirnya orang ketiga ternyata telah gugur begitu bantuan itu sampai di sisinya. Ketika bantuan akan kembali kepada kedua orang tersebut, ternyata keduanya pun telah gugur syahid. Allahu akbar!!
Dalam riwayat hadits lain yang tidak kalah mulianya, suami istri miskin dari shahabt Anshar berpura-pura makan bersama dengan seorang tamu Muhajirin yang kelaparan, padahal mereka sekeluarga membutuhkannya untuk makan malam. Subhaanallaah!!
Allah mengabadikannya salam salah satu firman-Nya :

Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. (QS Al Hasyr : 9)

Altruisme (mengutamakan orang lain), simpati dan empati, kasih saying dan pengorbanan! Hal itulah yang telah diajarkan oleh Baginda Rasulullah saw kepada para sahabatnya.
Di masa Rasulullah masih hidup, para sahabat seperti berlomba dalam kebajikan dengan diri mereka ataupun harta mereka untuk menolong sesame dan agama Allah. Kelihatan betul, para sahabat sangat memahami hakikat rizki, perniagaan/jual beli yang menggembirakan yang tak pernah merugi antara orang beriman dengan Allah, makna kasih saying dan mencintai sesame dan tentunya kehidupan mulia kelak di sisi Allah.
Khalifah Abu Bakar Ash Shidiq di akhir kepemimpinannya mengembalikan tunjangan dari baitul maal sebesar 6.000 dirham yang telah diterimanya selama masa kepemimpinannya dengan menjual tanah yang menjadi milik terakhirnya dan menyerahkan onta dan kambing kepada calon penggantinya, Umar bin Khaththab. Dengan air mata berlinang Umar berkata: “Abu Bakar, engkau telah menjadikan penggantimu menjadi sulit.”
Amirul Mu’minin Umar bin Ktahthab rela memikul karung gandum sendiri manakala diketahuinya masih ada rakyatnya nyaris kelaparan karena kehabisan gandum.
Lalu apa yang telah diajarkan zaman ini kepada kita?
Ada “Pak Haji” yang telah menunaikan ibadah haji sampai 9 kali atas biaya sendiri, namun tetangganya kelaparan bahkan sehari makan satu kali saja sudah beruntung, ia tiada peduli. Ada orang yang bingung dengan hartanya yang berlimpah, mau dibelanjakan untuk apa, pelesir ke luar negeri ia mau, sementara tidak terpikirkan olehnya seandainya saja hartanya itu sebagian digunakan untuk membantu orang banyak terlebih di masa krisis ini.
Negeri yang kaya raya dan makmur ini, ternyata masih belum mampu mendistribusikan karunia Allah berupa kekayaan alam yang berlimpah ini secara adil dan penuh kasih saying kepada segenap rakyatnya.
Seperti terjebak dalam lingkaran setan kapitalisme global, perputaran kehidupan cenderung berlangsung timpang dan tidak sehat. Orang kaya dan yang berkuasa serta yang dekat denga kekuasaan lebih mendapatkan akses untuk mendapatkan kebutuhan hidup dan cita-citanya, sementara oarng miskain yang jumlahnya semakin banyak antre berebut peluang yang semakin sempit. Dulu bang Haji Rhoma Irama sempat berdangdutria: ”Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.” Sementara Islam mengajarkan “agar harta jangan berputar hanya di kalangan orang yang kaya sja di antara kalia.”
Maka Rasulullah saw bersabda : ”Orang kaya sebenarnya bukanlah yanag kaya harta, tetapi yang kaya hati” yaitu orang yang senantiasa ingin berbagi, membantu dan mengasihi sesamanya serta jauh dari keserakahan, kesombongan dan egoisme pribadi.
Dalam kenyataan, dengan kondisi yang serba terbatas orang menengah ke bawah sering mampu menunjukkan altruisme dengan sikap tenggang rasa, simpati dan empati dengan saling membantu di antara mereka.
Kapan orang kaya dan terhormat negeri ini, bersyukur atas karunia yang telah mereka terima dari Allah swt itu dengan mengambil peran terhormat yaitu memimpin gerakan altruisme? Wallahu a’lam bishshawab.

M. Fadhil Isnaini
Staf KUA Kecamatan Wirobrajan
Kota Yogyakarta

0 komentar:

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP