Cara Orang Tua Mendidik Anak
Anak adalah karunia Allah yang dititipkan kepada
para orang tua, maka orang tua harus menjaga anak-anaknya dari kegagalan, rasa
keterpurukan dan konflik dengan anggota lingkungan tempat anak hidup. Orang tua harus memahami psikologi
anak-anaknya dan mengetahui bagaimana berhubungan dengan mereka dan menggunakan
metode yang paling baik dan efektif dalam mendidik dan mengasuh anak-anaknya.
Orang tua juga harus memotivasi mereka untuk mengungkapkan perasaan melalui
cara yang di sebut dengan metode ”mendengar reflektif”.
Mendengar reflektif adalah menyimak secara
responsif dan aktif. Tujuannya untuk memahami segala sesuatu yang di katakan
oleh anak dan agar anak mampu mengingat kembali perasaannya serta mampu
menjelaskan situasi-situasi yang memunculkan perasaan itu. Hal ini di maksudkan
agar orang tua dapat membantunya mengungkapkan perasaan dari segala masalah
yanng di hadapinya. Metode ini akan membuat hubungan baik dan mengokohkan
jalinan serta membuat anak mandiri dan
tabah.
Orang tua dapat mengunakan cara mendengar
reflektif sejak anak umur tiga tahun dengan syarat orang tua menggunakan bahasa
yang mudah dan sederhana.
Ada Lima hal penting yang harus
diperhatikan saat orang tua menyimak perasaan anak, yakni sebagai berikut :
1.
Menghargai
Perasaannya
Hal itu dapat tercapai dengan cara
mendengar secara tenang, penuh perhatian, dan tampil sebagai sosok yang bukan
akan menghakimi. Tentu saja ada kemungkinan bahwa orang tua tidak dapat
menerima semua perbuatannya. Meskipun demikian, kesankan bahwa kita dapat
memahami perasaannya. anak akan mengungkapkan kepada kita tingkat kemarahannya,
misalnya, akibat beselisih dengan saudaranya. Namun, dalam waktu bersamaan kita
tidak mengizinkannya untuk melampiaskan kemarahannya kepada saudaranya itu
dengan melakukan keculasan dan pemukulan.
2.
Menyimak Perkaataannya
Dengan semata-mata mendengarkan, kita
telah memberikan penghargaan kepadanya. Dengan cara itu, kita telah memperkenankan anak untuk
mengungkapkan perasaannya dan membagi kekesalan dan kemarahan yang berkecamuk
dalam dadanya. Isyarat isyarat yang kita lakukan juga bisa berarti sebagai
partisipasi kita, bahkan sering kali isyarat isyarat itu mewakili perkataan.
Misalnya, mengangguk anggukkan kepala sebagai bukti bahwa kita setuju,
menerima, dan berempati terhadap ucapan anak.
3.
Mengulangi
ucapan anak
Mengulangi perkataan
berguna untuk memberikan bukti bahwa kita
merspon dan memahami perasaannya. Mengulangi ungkapan anak bukan berarti
mengulangi kata katanya secara persis, melainkan menyusun ulang inti dari
perkataan anak untuk memberikan bukti bahwa kita merespon dan memahami perasaannya.
Suatu saat mungkin ada
anak yang mengungkapkan perasaan yang amat mengganggu dan mengancamnya,
misalnya anak mengatakan “tidak ada seorangpun di kelasku yang menyukaiku”
dalam hal ini orang tua harus bisa mengendalikan diri dan tidak terbawa emosi
dalam menyikapi informasi yang bisa membuat orang tua tersinggung.
Hendaklah orang tua
membantu, memberikan motivasi dan mendorong anak untuk bersikap jujur dala
mengemukakan sesuatu yang sedang bergejolak di dalam hatinya betapapun itu
menyaktkan orang tua
Pada umumnya dalam cara
berfikir dan berprilaku anak-anak sering berlebihan dalam mengungkapkan
perasaan dan menggambarkan situasi yang melatar belakanginya. Oleh karena itu
orang tua harus membantunya dalam menggambarkan perasaan dan situasi yang
melatarbelakanginya agar sesuai dengan kenyataan, maksudnya orang tua harus
mengurangi sikap berlebihan dan menyesuaikan perasaan anaknya dengan situasi
yang sebenarnya. Cara seperti ini bisa digunakan kepada anak dalam segala
tingkatan usia
4.
Berikan
nasehat dan usulan
Orang tua harus
membiarkan anak untuk mencurahkan segala perasaan yang berkecamuk di dalam
jiwanya, terutama ketika anak bersikap negatif terhadap orang tua, akan tetapi
dalam waktu yang bersamaan orang tua juga harus menghentikan saat anak
mengeluarkan kata-kata yang tidak baik atau negatif. Jika anak tidak mau
menuruti peringatan orang tua maka orang tua bisa meminta untuk menghentikan
pembicaraannya dan memberikan hukuman ringan.
Anak juga harus belajar
tentang peraturan, disiplin dan adab berbicara dengan orang tua atau orang yang
lebih tua darinya. Oleh karena itu orang tua harus bisa menjadi teladan dalam
hal tata krama mengungkapkan perasaan yang telah di ajarkan orang tua kepada
anak. Orang tua hendaknya tidsk memberi contoh dengan menghinakan dan melontarkan
ungkapan atau julukan yang merusak kejiwaannya.
Anak sebenarnya menginginkan
orang tua untuk memhami perasaannya saat anak marah, membangkang, sedih atau
takut. Pada saat seperti ini jika orang tua tidak dapat merespon maka anak akan
berontak kepada orang tua. Hal terbesar yang menyakitkan adalah bila orang tua
menganggap enteng perasaan anak atau orang tua bersikap masa bodoh.
Oleh karena itu orangtua
harus mendekati perasaan anak dengan baik dan dengan cara memahami, berempati
dan mengidentifikasi perasaan anak bila orang tua menginginkan masuk ke dalam
jiwa dan akal anak.
5.
Rumuskan
perasaannya
Setelah orang tua menyimak
perkataan anak dengan seksama dan mencermati ekpresi wajahnya yang melukiskan
perasaannya seperti marah, kecewa, sedih dan lain-lain . Maka akan lebih baik
jika orang tua mengidentifikasi reaksinya, misalnya berkata nampaknya kamu
sangat sedih nak? Jika dugaan dari orang tua kurang tepat maka cobalah lagi dan
gunakan jeda waktu agar kita/ orang tua faham, doronglah agar anak bisa
memahami danbisa menilai bahwa dugaan orang tua itu salah atau benar.
SITI
DAIMAH, S.Ag.
Penyuluh
Agama Fungsional Kecamatan Jetis
Kota
Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar