Bulir Ibrah dan Hikmah
"Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari
kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum
kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami
apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum
yang kafir." (QS. Al-Baqoroh :286)
Allah
tidak membebani hamba-hamba-Nya kecuali dengan sesuatu yang dapat dilaksanakan.
Maka, setiap orang yang mukallaf, amalnya akan dibalas: yang baik dengan
kebaikan dan yang jelek dengan kejelekan. Tunduklah kamu sekalian, hai
orang-orang Mukmin, dengan berdoa, "Ya Tuhan, jangan hukum kami jika kami
lupa dalam melaksanakan perintah-Mu atau bersalah karena beberapa sebab.
Janganlah Engkau beratkan syariat untuk kami seperti Engkau memberatkan
orang-orang Yahudi oleh sebab kekerasan dan kelaliman mereka. Dan janganlah
Engkau bebankan kepada kami tugas yang tidak mampu kami lakukan. Berilah kami
maaf dengan kemuliaan-Mu. Ampunilah kami dengan karunia-Mu. Berikan kami
rahmat-Mu yang luas. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami, ya
Tuhan--untuk menegakkan dan menyebarkan agamamu--terhadap kaum yang
kafir." ( Tafsir Quraish Shihab).
Kita
terlalu banyak memikirkan hal yang sebenarnya tidak dibebankan kepada kita,
atau merasa harus memiliki apa yang sebetulnya tidak perlu. Hal inilah yang dapat menambah beban dalam hidup kita. Sebenarnya,
kita hanya memerlukan hal yang sederhana dalam hidup ini dan bahagia itu tidak
tergantung oleh banyak atau sedikitnya apa yang kita punya dan tidak pula tergantung pada terpenuhinya semua keinginan.
Rasa
lapar ada batasnya, tapi keinginan untuk makan tidak terbatas. Keperluan kita
tertentu, tetapi keserakahan itu tidak punya defenisi. Tentukan nilai cukup,
maka kita tidak mudah terombang-ambing oleh dunia.
Ingat
baik-baik, bahwa semua yang fana itu pasti ada batasnya, akan berakhir dan makin
berkurang bila dinikmati. Kehidupan/hidup pun akan diakhiri dengan kematian.
Maka jangan cukupkan diri mencari yang fana, carilah yang abadi dan kekal.
Firman
Allah SWT dalam surah Al ‘Arof : 34
Tiap-tiap
umat mempunyai batas waktu (mati), Maka apabila telah datang waktunya
(kematian) mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat
(pula) memajukannya.
Firman
Allah SWT dalam surah Ali Imran : 185
Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati.
Sama
seperti ikan di tangan saya, hasil tangkapan nelayan di belakang saya, dia
tidak merasa bahagia seperti saya sebab sudah biasa. Bagi saya, saya bahagia
karena tanpa harus menangkap sendiri.
Bahagia
pun tidak semua kekal adanya, sebab bahagia yang hakiki adalah bila itu
didapatkan di ujung taat. Orang menanggap dunia dan isinya (anak, wanita, harta,
kendaraan, rumah, sawah dan lain-lain) membuat bahagia dirinya, padahal itu
semua adalah ujian. Maka yang memberinya adalah Allah SWT, Dia semai dalam hati
kita bahagia itu.
Firman
Allah dalam surah Ali Imran ayat 14.
“Dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
Kemudian
surah At Tagaabun ayat 15
“Sesungguhnya hartamu dan
anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Dalam
ketaatan, kesulitan, kelelahan, kehilangan dan pengorbanan itu ada bahagia. Bahkan dalam
perpisahan dan kematian juga ada bahagia.
Asalkan semua itu berada di jalan Allah Subhanahu wata’ala.
Mengapa
kita masih mencari bahagia pada sesuatu yang akan hilang ? Sementara Sang
Pemberi Bahagia, yaitu Allah Subhanahu wata’ala malah kita jauhi ? Bukankah harusnya kita malah mendekati sumber
bahagia itu ? Taatlah kepada Allah, cintai Allah melebihi semua makhluk, cintai
apa yang Allah beri berupa keimanan, cintai pula dakwah, insya-allah manisnya
hidup akan kita rasakan, bahagia akan mengikuti kemanapun pergi. “Barangsiapa
melupakan Allah di Dunia, maka Allah akan melupakannya di Akherat.”
(
Al-Habib Segaf Hasan Baharun )
Nanang Suryana, S.Ag.
PAIF Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar