“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri
yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari
segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena
itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan
apa yang selalu mereka perbuat”.
(QS. An Nahl: 112)
Catatan penting:
1.
Allah
menyebutkan gambaran sebuah negeri agar menjadi ibrah dan pelajaran.
2.
Negeri
tersebut awalny amana dari musuh, tenang dan tenteram tanpa dihinggapi rasa
ketakutan, rizkinya datang dengan melimpah, mudah dan luas dari segenap penjuru
negeri.
3.
Tiga
indikator dari negeri yang diberi nikmat:
آمِنِةً
|
:
|
Artinya
aman dari berbagai serangan, tidak pernah mengalami situasi tercekam oleh serangan
dari luar, tidak pernah diperangi.
|
مُطْمَئِنَّةً
|
:
|
Artinya
tenteram dan tenang, tidak butuh untuk melakukan eksodus dan berpindah
darinya karena suatu kesempitan atau ketakukan.
|
رِزْقُهَارَغَدًامِن كُلِّ مَكَانٍ
|
:
|
Kebutuhan
pokoknya, sumber makanannya luas, melimpah dari setiap penjuru (dari berbagi
sektor)
|
4.
Akan
tetapi, nikmat itu kemudian menjadikan mereka lupa diri, sampai mereka menjadi kufur. Allah Subhanahu
wata’ala pun menimpakan bencana dan malapetaka atas mereka, yaitu berupa kelaparan
dan ketakutan. Mengubah kondisi aman menjadi ketakutan, kondisi makmur berubah
menjadi kelaparan dan kefakiran. Dan mengubah kebahagiaan mereka dengan
kesedihan dan penderitaan.
فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللهِ
|
:
|
Artinya
lalu penduduknya kufur dan ingkar terhadap nikmat-nikmat Allah
|
فَاَذَاقَهَااللهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ
|
:
|
Artinya
Allah menimpakan kepadanya kondisi kelaparan, merekapun mengalami paceklik
selama tujuh tahun.
|
وَالْخَوْفِ
|
:
|
Artinya
kondisi ketakutan terhadap bahaya yang mengancamnya.
|
بِمَاكَانُوْيَصْنَعُوْنَ
|
:
|
Artinya
sebab oleh perbuatan mereka sendiri.
|
Fiqih kehidupan:
1. Kewajiban beriman kepada Allah Subhanahu
wata’ala dan para Rasul, hanya beribadah menyembah kepada-Nya semata.
2. Kewajiban untuk bersyukur atas segala
nikmat-Nya yang melimpah.
3. Adzab Allah pasti menimpa setiap orang
yang kafir kepada Allah Subhanahu wata’ala dan durhaka kepada-Nya serta
mengingkari nikmat-nikmat-Nya kepada dirinya.
4. Peringatan dan ancaman kepada bagi
penduduk setiap negeri yang zalim dengan berbuat kekafiran, kedurhakaan dan
kemaksiatan.
5. Tidak ada kezaliman yang lebih besar
daripada kezaliman kekafiran dan kedurhakaan terhadap Allah Subhanahu
wata’ala.
6. Adzab atau hukuman itu sesuai dengan amal
perbuatan. Ketika penduduk suatu negeri tidak mensyukuri nikmat dan malah
mengingkarinya, merekapun diberi ganti dengan keadaan sebaliknya, yaitu nikmat
itu dihapus dan diganti dengan bencana dan malapetaka. Bisa jadi penduduk
negeri itu terjatuh dalam kondisi kelaparan yang sangat, ketakutan,
ketercekaman dan keringnya atau berhentinya sumber-sumber penghidupan.
(Disarikan dari Tafsir Al Munir
karya Prof.Dr. Wahbah az Zuhaili,
jilid 7 hal. 492-495)
0 komentar:
Posting Komentar