You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 16 Desember 2019

Hidup bertetangga


Hidup bertetangga merupakan bagian dari kenyataan sosial penting dijaga. Sebab, tetangga adalah salah satu pihak yang sangat penting dalam mewujudkan ketenteram, keamanan dan kenyamanan. Kita tentu merasa sangat bersyukur, merasa senang, aman dan nyaman jika tetangga kita adalah orang-orang yang baik budi pekertinya, baik sikap dan sifatnya, saling tegur-sapa, saling membantu, saling kunjung (silaturahmi) dan sebagainya. Kita merasa aman, misal suatu ketika kita harus bepergian dari rumah dalam waktu yang agak lama (misal sampai beberapa hari), kita tetap merasa was-was atau khawatir, sekiranya tetangga kita adalah orang-orang yang bisa dipercaya dan bisa saling menjaga keamanan lingkungan.

Karena itu, agama Islam menganjurkan kepada kita untuk berbuat baik kepada tetangga, seperti firman Allah berikut:
Artinya:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. (QS. An Nisa: 36)

Ayat di atas memberikan penegasan soal ayat-ayat Allah yang menerangkan sifat-sifat terpuji dan tindakan-tindakan kebajikan, termasuk di dalamnya adalah  dalam hidup bertetangga.
Kata والجارذى الفربى maksudnya adalah tetangga yang dekat tempatnya maupun dekat nasabnya. Sedangkan kata والجاراجنب maksudnya tetangga yang tempatnya jauh atau nasabnya jauh.
Islam memerintahkan kita untuk selalu berbuat baik kepada tetangga meskipun mereka bukan muslim. Rasulullah SAW pernah menjenguk anak tetangganya yangberagama Yahudi. Ketika Ibnu Umar menyembelih seekor kambing, Rasulullah bertanya kepada pembantu-pembantunya, “Apakah kalian sudah memberi tetangga kita yang Yahudi?” Aisyah berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:
مَازَالَ جِبْرِيْلُ يُوصِيْنِى بِااْلجَارِ حَتىَّ ظَــنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
“Malaikat Jibril masih terus berwasiat kepadaku mengenai tetangga, hingga saya menduga bahwa Malaikat Jibril akan menetapkan hak mendapat bagian warisan kepada tetangga.” (HR. Baihaqi)
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
وَعَنْ أَبِي شُرَيْحِ الْخُزَاعِي رضي... أَنَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: مَنْ كَانَ يُئْومِنُ باِللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ, فَلْيُحْسِنْ إِلىَ جَارِهِ, مَنْ كَانَ يُئْومِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَااْليُكْرِمْ ضَيْفَهُ, مَنْ كَانَ يُئْومِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَاْليَقُلْ خَيرًا أَوْلِيَسْكُتْ. رواه مسلم
Artinya:
Dari Abu Syuraih al Khuza’i RA, bahwa Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia menghormati tamunya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia mengatakan kebaikan atau diam. (HR. Musim, dan sebagian lain oleh Bukhari)

Kemudian di riwayah lain, Nabi juga bersabda:
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي... أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: وَاللهِ لاَ يُئْومِنُ, وَاللهِ لاَ يُئْومِنُ, وَاللهِ لاَ يُئْومِنُ! قِيْلَ: مَنْ يَارَسُوْلَ الله؟ قَالَ: ((الَّذِي لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بِوَائِقَهُ)). متفق عليه
Artinya:
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Nabi SAW bersabda: “Demi Allah dia tidak beriman, demi Allah dia tidak beriman, demi Allah dia tidak beriman”.  Ditanyakan: “Siapakah dia ya Rasulallah?” Beliau menjawab: yaitu orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya.” (Muttafaqun ‘alaih)

Ukuran tetangga itu dikembalikan pada tradisi (‘urf), sebagaimana Hasan Al Bashri menetapkan bahwa yang dimaksud tetangga adalah empat puluh rumah dari rumah kita dihitung dari setiap empat arah mata angin yang berbeda.
Cara berbuat baik kepada tetangga banyak ragamnya, di antaranya:  membantu keperluannya, bergaul dengan cara yang baik, tidak melakukan perbuatan atau perkataan yang bisa menyakiti mereka, memberikan hadiah  (misal: memberi jajan ketika kita pulang dari bepergian), meziarahi (kunjung ke rumahnya), mengajak makan bersama, menjenguk ketika sakit dan lain-lain.

Kandungan hadits:
1.    Menghindarkan gangguan dari tetangga termasuk kesempurnaan iman.
2.    Bahwa tetangga itu mempunyai hak atas ketetangan, ketentreman dan keamanan. 
3.    Saling tolong-menolong dan bertoleransi antar tetangga merupakan satu hak bertetangga dan salah satu penampilan keluwesan masyarakat Islami.
4.    Sepatutnya menjaga perasaaan tetangga yang lebih dekat, karena dia lebih banyak tahu tentang apa yang masuk ke rumah tetangganya daripada tetangga yang lebih jauh.
5.    Setiap kali tetangga lebih dekat, maka bertambah pula haknya.
6.    Kedekatan yang menjadi ukuran adalah kedekatan pintu.
7.    Mencelakakan tetangga, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan merupakan perbuatan yang bertentangan dengan kesempurnaan iman serta bertolak belakang dengan sifat-sifat Allah yang Maha Pemurah.

Beberapa tindakan yang dapat mengganggu kenyamanan dalam bertetangga:
1.    Suara musik.
2.    Tempat pembuangan sampah.
3.    Memelihara binatang piaraan (ayam, kucing dan lain-lain).
4.    Parkir kendaraan bermotor (khususnya roda empat).
5.    Rehab rumah (penumpukan material, polusi udara dan suara).

0 komentar:

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP