You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 01 Februari 2018

Bulir Ibrah dan Hikmah

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS. Al-Baqoroh :286)


Allah tidak membebani hamba-hamba-Nya kecuali dengan sesuatu yang dapat dilaksanakan. Maka, setiap orang yang mukallaf, amalnya akan dibalas: yang baik dengan kebaikan dan yang jelek dengan kejelekan. Tunduklah kamu sekalian, hai orang-orang Mukmin, dengan berdoa, "Ya Tuhan, jangan hukum kami jika kami lupa dalam melaksanakan perintah-Mu atau bersalah karena beberapa sebab. Janganlah Engkau beratkan syariat untuk kami seperti Engkau memberatkan orang-orang Yahudi oleh sebab kekerasan dan kelaliman mereka. Dan janganlah Engkau bebankan kepada kami tugas yang tidak mampu kami lakukan. Berilah kami maaf dengan kemuliaan-Mu. Ampunilah kami dengan karunia-Mu. Berikan kami rahmat-Mu yang luas. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami, ya Tuhan--untuk menegakkan dan menyebarkan agamamu--terhadap kaum yang kafir." ( Tafsir Quraish Shihab).
Kita terlalu banyak memikirkan hal yang sebenarnya tidak dibebankan kepada kita, atau merasa harus memiliki apa yang sebetulnya tidak perlu. Hal inilah  yang dapat menambah beban dalam hidup kita. Sebenarnya, kita hanya memerlukan hal yang sederhana dalam hidup ini dan bahagia itu tidak tergantung oleh banyak atau sedikitnya apa  yang kita punya dan tidak pula tergantung  pada  terpenuhinya semua keinginan.
Rasa lapar ada batasnya, tapi keinginan untuk makan tidak terbatas. Keperluan kita tertentu, tetapi keserakahan itu tidak punya defenisi. Tentukan nilai cukup, maka kita tidak mudah terombang-ambing oleh dunia.

Ingat baik-baik, bahwa semua yang fana itu pasti ada batasnya, akan berakhir dan makin berkurang bila dinikmati. Kehidupan/hidup pun akan diakhiri dengan kematian. Maka jangan cukupkan diri mencari yang fana, carilah yang abadi dan kekal.

Firman Allah SWT dalam surah Al ‘Arof : 34

Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu (mati), Maka apabila telah datang waktunya (kematian) mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.

Firman Allah SWT dalam surah Ali Imran : 185
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.

Sama seperti ikan di tangan saya, hasil tangkapan nelayan di belakang saya, dia tidak merasa bahagia seperti saya sebab sudah biasa. Bagi saya, saya bahagia karena tanpa harus menangkap sendiri.

Bahagia pun tidak semua kekal adanya, sebab bahagia yang hakiki adalah bila itu didapatkan di ujung taat. Orang menanggap dunia dan isinya (anak, wanita, harta, kendaraan, rumah, sawah dan lain-lain) membuat bahagia dirinya, padahal itu semua adalah ujian. Maka yang memberinya adalah Allah SWT, Dia semai dalam hati kita bahagia itu.
Firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 14.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”

Kemudian surah At Tagaabun ayat 15
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.”

Dalam ketaatan, kesulitan, kelelahan, kehilangan dan  pengorbanan itu ada bahagia. Bahkan dalam perpisahan dan kematian juga ada  bahagia. Asalkan semua itu berada di jalan Allah Subhanahu wata’ala.

Mengapa kita masih mencari bahagia pada sesuatu yang akan hilang ? Sementara Sang Pemberi Bahagia, yaitu Allah Subhanahu wata’ala malah kita jauhi ?  Bukankah harusnya kita malah mendekati sumber bahagia itu ? Taatlah kepada Allah, cintai Allah melebihi semua makhluk, cintai apa yang Allah beri berupa keimanan, cintai pula dakwah, insya-allah manisnya hidup akan kita rasakan, bahagia akan mengikuti kemanapun pergi. “Barangsiapa melupakan Allah di Dunia, maka Allah akan melupakannya di Akherat.” ( Al-Habib Segaf Hasan Baharun )

Nanang Suryana, S.Ag.  
PAIF Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta

0 komentar:

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP