You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 25 Oktober 2016

Menjaga Amanah

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat  kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh “ (QS. Al Ahzab : 72)
 Amanah ditinjau dari segi bahasa, berasal dari kata amina-amanatan  yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Amanah ditinjau dari istilah  berarti  sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga agar sampai pada yang berhak memilikinya (Ahmad Musthafa Al-Maraghi). Sedangkan menurut Ibn Al-Araby, amanah adalah segala sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya atau sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya untuk diambil manfaatnya. Dengan kata lain, amanah adalah  menyampaikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga maupun jasa.
Amanah dan iman memiliki hubungan yang sangat erat karena amanah lahir dari kekuatan iman sehingga hanya orang yang  berimanlah yang memiliki sifat amanah. Salah satu cirri orang yang beriman adalah yang selalu menjaga amanah. Allah swt. berfirman:
 “dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya”. (QS.Al Mukminun : 8)

Rasulullah Shallaahu ‘alaihi wasallam  bersabda :
”Tidak (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah dan tidak (sempurna) agama orang yang tidak menunaikan janji.” (HR. Ahmad)

Perintah Menjaga Amanah
Setiap manusia kelak akan dimintai pertanggungjawaban terhadap amanah yang diembannya. Wajib bagi kita untuk menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya. Allah swt. berfirman :
 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al Anfaal: 27)
Salah satu faktor yang menyebabkan orang mudah melalaikan amanah adalah karena  harta, wanita dan tahta/kekuasaan.  Ketiga perhiasan dunia tersebut sangat mengiurkan dan menggoda manusia. Tidak sedikit orang yang hancur masa depan, karier dan jabatanya hanya karena harta, wanita dan tahta. Karena itu, sekecil apapun amanah yang dilaksanakan, akan  memiliki dampak positif berupa kebaikan. Sebaliknya, sekecil apapun amanah yang disia-siakan, niscaya memiliki dampak negatif berupa keburukan. Dampak itu bukan hanya mengenai dirinya tetapi juga mengenai umat manusia secara umum.
Seorang mukmin yang bekerja mencari nafkah dengan cara yang halal dan baik, maka akan memberikan dampak positif berupa ketenangan jiwa dan kebahagiaan bagi keluarganya. Lebih dari itu dia mampu memberi sedekah dan infak kepada yang membutuhkan. Sebaliknya seorang yang menganggur dan malas akan menimbulkan dampak negatif berupa keburukan, keluarga terlantar, kekisruhan, keributan dan bisa jadi menjadi beban bagi orang lain.
Kesalahan kecil dalam menunaikan amanah akan menimbulkan bahaya yang fatal. Contoh: Terjadinya kecelakaan mobil ditabrak kereta, disebabkan hanya karena sopirnya lengah atau sang penjaga pintu rel kereta tidak menutupnya. Bahaya yang lebih fatal lagi jika amanah dakwah tidak dilaksanakan, maka yang terjadi adalah merebaknya kemaksiatan, kematian hati, kerusakan moral dan tatanan sosial serta kepemimpinan yang di pegang oleh orang yang bodoh dan zhalim. Rasulullah Shallaahu ‘alaihi wasallam  bersabda :
“Dan dari Jabir RA berkata, tatkala Nabi SAW berada dalam suatu majelis sedang berbicara dengan sahabat, maka datanglah orang Arab Badui dan berkata: “Kapan terjadi Kiamat?” Rasulullah SAW terus melanjutkan pembicaraannya. Sebagian sahabat berkata: Rasulullah SAW mendengar apa yang ditanyakan tetapi tidak menyukai apa yang ditanyakannya. Berkata sebagian yang lain: Rasul SAW tidak mendengar”. Setelah Rasulullah SAW menyelesaikan perkataannya, beliau bertanya: ”Mana yang bertanya tentang Kiamat?” Berkata orang Badui itu: ”Saya wahai Rasulullah saw.” Rasul SAW berkata: ”Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah Kiamat”. Bertanya: ”Bagaimana menyia-nyiakannya?”. Rasul SAW menjawab: ”Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah Kiamat (kehancuranya)” (HR. Bukhari)

Bentuk-Bentuk Amanah
Pertama, amanah manusia terhadap Allah, yaitu  manusia harus memiliki hubungan baik terhadap Allah (hablum minallah) berupa melaksankan semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Inilah yang disebut dengan istilah taqwa.
Allah swt berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)

Memanfaatkan dan menggunakan semua yang kita miliki baik harta maupun kekuasaan dan jabatan untuk sarana beribadah kepada Allah adalah termasuk amanah manusia kepada Allah SWT.
Kedua, amanah kepada orang lain, yaitu manusia harus selalu hidup berdampingan/harmonis  dengan  orang lain (hamblun minannaas). Misalnya pemimpin berlaku santun dan adil terhadap masyarakatnya. Kyai,  ulama serta ustadz berlaku adil terhadap jamaahnya sehingga menjadi teladan dan panutan bagi umat. Orang tua tidak melupakan tanggung jawabnya terhadap anak-anaknya. Guru, dosen dan tenaga pengajar yang lain selalu memberikan pendidikan yang baik terhadap murid atau siswanya. Semua itu merupakan contoh sederhana dari orang yang menunaikan amanah.
Allah swt berfirman :
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An Nisaa:58)
Ketiga, amanah terhadap dirinya sendiri, yaitu manusia harus selalu menjaga dirinya untuk tidak melakukan hal yang  membahayan diri dan orang lain serta melakukan yang terbaik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Allah swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim ; 6)

Amanah merupakan faktor utama terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran dan keharmonisan suatu bangsa. Sebab, dengan sikap amanah semua komponen bangsa akan berlaku jujur, tanggung jawab dan disiplin dalam setiap aktifitas kehidupan.
Margianto
Fungsional Penyuluh Agama Islam
 Kecamatan Ngampilan Kota Yogyakara

0 komentar:

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP